Siang itu, ketika hendak meninggalkan stasiun Tanah Abang menuju Rangkasbitung saya seperti masuk ke dalam mesin waktu “Dadah-dadah tahun 2012, saya mau ke tahun 1990 an dulu ya…” Saya berusaha mencairkan suasana yang sedikit tegang, teman seperjalanan saya hanya duduk terdiam memandang jendela kaca kereta yang tampak buram. Kereta yg sedang pelan melaju tiba-tiba berhenti, beberapa detik kemudian kereta seperti bergetar hebat. sontak para penumpang berteriak, termasuk saya dan seorang teman. Rupanya Masinis sedang memindahkan kereta ke jalur yang akan dilalui 😀
Kereta yang akan membawa kami ke Rangkasbitung adalah jenis KRD (Kereta Rel Diesel) atau biasa disebut kereta Lokal. Tak usah membayangkan bagaimana kondisi gerbong di kereta KRD tersebut, karena kondisinya berbeda jauh dari Commutter Line atau KRL Ekonomi seperti yang biasa kita lihat. Tiket antara Tanah Abang – Rangkasbitung dibandrol dengan harga Rp 1500,-
bayangkan dengan rute harus melalui 17 stasiun hanya membayar Rp 1500,- Kalah Jauh dengan tarif Angkutan Umum Kopaja atau Metromini yang untuk jarak dekatpun dipatok tarif Rp 2000,-
Karena kebetulan kami naik dari Stasiun Duri, maka dikenai tarif hanya Rp 2000,- Harga yang sangat murah mengingat jarak yang kami tempuh sangat jauh 17 Stasiun dan ditempuh dalam waktu -/+ 2,5 Jam. Duduk disebelah saya dua remaja laki-laki. Iseng saya tanya mereka turun di stasiun mana? ternyata mereka turun di stasiun Parung Panjang. Mereka menanyakan kemana tujuan kami, mereka sedikit terperanjat ketika kami menyebut Rangkasbitung. “Wah Rangkasbitung ya teh? Jauh . . . jauh sekali”
Kami tertawa getir membayangkan betapa jauhnya rute yang akan kami lalui :p Dari Stasiun Tanah Abang kereta melaju ke Stasiun Palmerah kemudian stasiun Kebayoran, Pondok Ranji, Sudimara, Rawabuntu, Serpong. Sampai di stasiun Serpong kami masih merasa cukup familiar dengan situasi stasiun tersebut, tapi bagaimana dengan kondisi stasiun selanjutnya? rasa was-was mulai menyerang ketika melihat begitu banyak pedagang yang mondar-mandir menawarkan dagangan, serta serombongan penumpang laki-laki yang tak henti merokok dan melihat ke arah kami. “Jangan keluarkan ponsel dan kamera, silent!” saya memberi instruksi kepada teman yang juga sedang memperhatikan situasi didalam gerbong.
Setelah stasiun Serpong tibalah di Stasiun Cisauk. Disana sedang ada perbaikan peron dan rel, tampaknya pemerintah Banten sedang berbenah dan melirik jalur kereta sebagai sarana transpotasi yang dapat diandalkan dalam mengatasi kemacetan. Stasiun Cicayur adalah stasiun ke delapan yang dilalui dari stasiun keberangkatan kami. Pemberhentian selanjutnya adalah Stasiun Parungpanjang yang termasuk salah satu stasiun yang besar. Stasiun ke Sepuluh adalah Stasiun Cileujit dan dilanjutkan ke Stasiun Daru, Stasiun Tenjo, Stasiun Tigaraksa yang juga termasuk salah satu stasiun besar. Dari Stasiun Tigaraksa kereta melaju ke Stasiun Maja, Stasiun Citeras dan selanjutnya Stasiun Rangkasbitung. Akhirnya kami sampai juga di stasiun terakhir jalur KRD Rangkasbitung.
Bergegas kami keluar dari gerbong yang pengap, menuju toilet umum di sekitar stasiun dan mencari tempat makan. Perjalanan 2,5 jam yang cukup melelahkan dan membuat perut kami keroncongan 😀
Sebenarnya masih ada beberapa hal tentang kota Rangkasbitung yang ingin saya ceritakan dalam postingan ini. tapi karena keterbatasan koneksi internet yang semakin melambat, saya memuuskan untuk menceritakannya dalam postingan selanjutnya *janji* 🙂
2.5 jam naik kereta? Surabaya – Malang dong 😀
LikeLike
Iyaaaa… keretanya seperti kereta jaman dulu, banyak yang jualan. tapi nga ada yang jual soda gembira dan nasi goreng hihihi
LikeLike
Rangkasbitung kotanya kaya apa? Rame kah? Aku belom pernah sampe sana, selalu turun di Serpong *ya iyalah lha wong rumah di Serpong*. Tapi berani juga dirimu naik KRD ya, aku ndak berani :p
LikeLike
Rangkasbitung itu kota kecil yang agak panas, menurut aku sih kayak kayak Cirebon. Kenapa berani naik KRD ke Rangkasbitung? . . . Karena NEKAT dan PENASARAN pengen tau jalur itu hihihi
LikeLike
Kota kecil yg panas tapi banyak juga keindahannya….kalau mau maen ke baduy….suasananya damai….adem…belum terpengaruh modernisasi…..!!!!
LikeLike
Bobbidjamil : Iyaaa…kapan-kapan harus main ke baduy nih..
LikeLike
kalimaya expres turunin dong harganya, masa rangkas tnabang ampe tiga puluh ribuan, ke jawa aj cuma dua puluh ribuan…….
LikeLike
Cuolis : Harga tiket KA kalimaya memang memberatkannya dibandingkan tiket Commuter Line yang hanya Rp 8.000 mungkin nantinya pemerintah Banten akan membangun sarana KA seperti commuter line untuk menggantikan KA kalimaya, semoga ya 🙂
LikeLike
sekarang ada kalimaya express teh bisa 1jam saja pake AC Pula…
LikeLike
Iyaa. . . Tapi kereta kalimaya adanya pagi dan sore aja ya? Semoga Commuter Line segera beroperasi disana ya, biar Rangkasbitung gampang diakses spt ke tangerang, bekasi dan Bogor 🙂
LikeLike
kalimaya 20rb tanah abang -rangkas kalo sampe merak 30rb
LikeLike
@mul : harga tiket kalimaya memang memberatkan ya, tapi syukurlah sekarang commuter line sudah beroperasi disana. kedepannya kalau ada commuter line rangkasbitung – merak seru juga kali ya *ngarep* jadi makin dekat aja jarak kesana 😀
LikeLike
Salam kenal gan, alhamdulilah sekarang sudah ada Commuter Line gan,lebih better, tinggal di tingkatkan jadwal jadi lebih banyak saja, dua jalur juga udah hampir selesai.
LikeLike
Hi salam kenal juga gan.. iya terakhir ke rangkasbitung memang sedang di bangun dua jalur. semoga kedepannya lebih baik lagi sistem transpotasi dan kondisi Rangkasbitung *amin* 🙂
LikeLike
rangkasbitung kecil, tapi sekarangmah dahindah dan bersih, low dulu sekitar tahun 1991 sy tinggalkan kota ini masih sembraut, tapi krang muantap. selamat berjuang para pejabat ayo majukan provinsi banten
LikeLike
@wada : iyaa harusnya banten jadi lebih baik ya, mengingat lokasinya yang dekat dengan ibukota negara 🙂
LikeLike
Sebenarnya ini bukan KRD karena rangkaian keretanya terdiri dari lokomotif dan gerbong/kereta penumpang. Kalo KRD itu bentuknya mirip dengan KRL hanya saja tanpa aliran listrik.
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&docid=kLNCgwJaYyCySM&tbnid=gMJKDWgSX5j8RM:&ved=0CAUQjRw&url=https%3A%2F%2Fold.kaskus.co.id%2Fshowthread.php%3Fp%3D671996834&ei=j3g4UtPjB8eQigfAzID4Aw&bvm=bv.52164340,d.dGI&psig=AFQjCNGI5ulNHI07QI238-sQcBG3OOao_g&ust=1379518974699445
LikeLike
Rangkasbitung yah, buat agan & sista disana banyak pemandangan indah, sejuk tentram nyaman & damai, cuaca dingin di malam harus, ada banyak wisata yang mesti di kunjungi , baduy,air terjun & masih banyak yg lain nya.. Jika mau bersinggah saya siap untuk jadi pemandu, gratis nanti saya ajak makan bersama di pondok pinggir sawah..heee
LikeLike
kereta ke Rangkasbitung sekarang udah pada enak-enak kok, ada kalimaya tanahabang-rangkas & sebaliknya 15rb + ac cepet lagi, ada juga krakatau cuma agak mahal sekitar 30rb-an dari rangkas-tanahabang tapi nyaman banget tuh kereta gak pake lag 😀 PD deh kalo udah turun dari kereta yang satu ini, ada rencana lagi sekarang lagi di bangun rel ganda dan KRL di prediksi selesai thn 2016 krl udah beroprasi sampai rangkasbitung, semoga aja ya gaes gak ada kendala dalam pembangunannya. salam dari teknisi gate in out ST. Besar Rangkasbitung
LikeLike
Sebentar lg CL Sampai Rangkas Bitung….Mbak gak perlu takut lg kalau main ke rangkas…..
LikeLike
semoga KRL bisa secepatnya sampai Rangkas Bitung ya..
LikeLike
di bawah tahun 2000 an lebih parah dari itu.sekarang setiap saya pulang ke rangkas saya selalu mencoba kereta krakatau bener kata tubagus enak bgt..
LikeLike
Check out the video above for the video news of
Katie’s Ohio visit. It will remove the active
virus and protect you from the newest virus that may attack your PC.
The carvings and perforations employed on the dolls have
become ever more intricate and highly stylized in form today.
LikeLike