Malam Pergantian tahun 2014 di Jakarta

wpid-NYE2014c.jpgPerjalanan panjang sore itu dimulai dari salah satu kota satelit Jakarta, Depok. Tepat pukul 17.10 WIB Saya bergegas menuju Stasiun Depok Baru, Gerimis dan angin yang bertiup agak kencang menjadi teman ketika saya setengah berjingkrak berusaha menghindari genangan air. Dalam hati saya membatin “semoga dapet duduk” harapan yang pasti menghingapi hampir semua pengguna layanan commuter line :p

Sampai di stasiun depok baru, kereta dari Bogor menuju Kota memasuki stasiun, saya langsung menuju gerbong perempuan di bagian belakang dan Alhamdulillah kondisi didalam kereta kosong, saya pun duduk dan mengeluarkan ponsel, membaca beberapa notifikasi di group IM. Stasiun Pondok cina, Universitas Pancasila, Lenteng Agung, Tanjung Barat, Pasar Minggu, Pasar Minggu Baru, Duren Kalibata, Cawang, Tebet dan kemudian Manggarai. Saya bersiap untuk transit berganti kereta menuju Stasiun Sudirman. Hampir satu jam menunggu sampai pada akhirnya kereta balik yang hanya sampai Manggarai masuk.

Saya langsung menuju peron dimana kereta menuju stasiun Sudirman berada. Tak sampai hitungan lima menit, kereta sudah bak kaleng sarden. Dari tempat duduk saya mendengar beberapa orang yang bercerita akan ke Bundaran HI dan Monas. Hampir 20 menit menunggu, akhirnya kereta berangkat. Hanya satu stasiun dari Manggarai tapi membutuhkan waktu 90 menit untuk mencapainya, Saya menghela napas  lega ketika kereta memasuki Stasiun Dukuh atas (Sudirman) Orang-orang berhamburan keluar, stasiun Sudirman menjadi lautan  manusia, dan saya mencoba menjauh dari hiruk pikuk dengan memasuki minimarket yang sekaligus tempat tongkrongan anak muda jaman 🙂 Dua Orang abege mengenggam slurpee dan kopi, beberapa lagi mencari kehangatan pada batang rokok. Hujan deras, dan hampir semua orang di stasiun ini punya niat yang sama, merayakan kemeriahan pergantian tahun dengan melihat pesta rakyat yang digelar disepanjang jalan Sudirman sampai Monas. SAH. . . SAH. . . SAH saja, toh setiap orang punya cara yang berbeda dalam menyambut pergantian tahun baru Masehi.

wpid-NYE2014.jpg  wpid-NYE2014b.jpg

Jalanan tampak lenggang dari deru kendaraan karena dari jam 5 sore sudah diseterilkan, hanya nampak panggung, tenda dan pedagang makanan dan pernak-pernik atribut menyambut tahun baru. Hujan lebat, saya berteduh di pinggir stasiun sambil menyesap kopi yang saya beli dari minimarket tadi, sambil sesekali memotret objek yang menarik perhatian saya. hujan berhenti, jalanan basah tak menghalangi niat saya untuk mengabadikan beberapa objek di depan mata. Pedagang Jagung rebus, Ondel-ondel, anak kecil yang minta dibelikan harummanis sampai patung Jenderal Sudirman begitu menarik perhatian saya, mungkin juga bagi beberapa orang yang berlalu lalang disekitar saya.

wpid-NYE2014g.jpg   wpid-NYE2014f.jpg

NYE2014d   wpid-NYE2014h.jpg

Di Ranah Kicau ramai pro dan kontra perayaan pergantian tahun baru 2014, beberapa orang yang kontra bilang bahwa perayaan pergantian tahun itu pemborosan, tidak berempati dengan kondisi orang-orang yang sedang kesulitan dan tidak sesuai akidah. Beberapa orang yang Pro merasa bahwa cara mereka menikmati malam pergantian tahun baru Masehi adalah hak dan reward bagi mereka setelah 1 tahun bekerja keras berusaha mencapai target. Saya berhenti di sebuah stand, memesan seporsi somay dan teh botol, timeline twitter masih ramai, seperti jalanan sepanjang Sudirman – Thamrin yang mulai padat. Saya tak pernah menganggap pergantian tahun baru Masehi adalah suatu momen penting, tapi saya juga tak perlu “nyinyir” mengomentari orang yang merayakan pergantian tahun Masehi. Bukankah Selalu ada alasan  dari setiap pro kontra?

wpid-NYE2014i.jpgBeberapa orang “pamer” resolusi di tahun 2014 dan pencapaian target di tahun 2013, Saya tidak termasuk “golongan” orang seperti itu, Cukup saya dan Sang Pemilik Kehidupan yang mengetahui target dan pencapaian hidup saya, dan tak seperti orang-orang yang menentukan target dan menghitung pencapaian target di pergantian tahun baru masehi, saya konsekuen dengan kebiasaan lama, menentukan target dan mengevaluasi pencapaian tahunan ketika bulan Ramadhan dan puncaknya pada saat 1 Syawal. Mungkin tak lazim seperti orang lain yang membuat resolusi ketika pergantian tahun Masehi, tanggal 1 Januari, Tahun Baru Cina atau Tahun Baru Islam 1 Muharram. Biarlah tak lazim, karena yang lazim itu terlalu mainstream *halaaah* 😀 Bergegas saya menuju Chase Plaza, menyetop ojek yang akan membawa saya ke kediaman seorang keluarga di Karbela aka Karet Belakang. Rasanya Kangen tingkat dewa dengan si “semok” Aqila, sepupu kecil saya. Sedikit teringat Resolusi 1 Syawal lalu, tentang keinginan segera punya mahluk mungil yang ngemesin seperti aqila, Semoga Tahun ini segera terwujud. Ahh #kode …. pasti ada yang berkomentar seperti itu, biarlah :))))

Salam hangat,

Nuuii

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s