kisah lain dari gempita perayaan hari ibu

“Hanya memberi tak harap kembali, bagaikan surya menyinari dunia”

Sepenggal lagu itu anak-anak itu saya dan dua orang teman nyanyikan dua tahun lalu tepatnya tgl 20 oktober 2009 di ruang keluarga rumah seorang teman, kebetulan ada seorang diantara kami yang pandai bermain gitar, iseng kami menyanyi lagu nostalgia jaman kanak-kanak πŸ™‚ Tak lama setelah kami berhenti menyanyi, seorang teman yang sebelumnya asik membaca buku berteriak dengan emosi tinggi “kalian nga tahu nyokap gue sih!” Saya dan dua orang teman terdiam. Teman saya kembali nyerocos, ehh nyerocos itu bahasa indonesiannya apa ya? *dibahas* πŸ˜€ “Bagi kalian yang punya nyokap yang perhatian, Lembut, nga punya masalah, nga menuntut apa-apa itu anugerah… Tapi bagi gue yang punya nyokap seperti mama gue itu musibah!” Dia membanting pintu, pergi dan membiarkan saya serta dua orang teman yang lain melongo bingung…

Hari ini tanggal 22 Desember yang biasa orang rayakan sebagai sebagai Hari ibu, tiba-tiba saya kok jadi ingat teman yang saya ceritakan diatas. Lama tak mendengar kabarnya, terakhir berkomunikasi itu sekitar 6 bulan lalu saat saya menghadiri pemakaman ayahnya 😦

Ibu teman yang saya ceritakan diatas itu punya riwayat jalan hidup yang lumayan rumit, tiga kali menikah dan punya tiga orang anak perempuan dari tiga ayah yang berbeda, perokok aktif, sangat keras mendidik anak-anaknya dan agak sedikit tempramental (mungkin karena efek kisah masa lalunya)

Secara tak sadar saya membenarkan apa kata teman, beruntungnya saya dilahirkan dan dibesarkan oleh seorang ibu yang penuh kasih, perhatian dan tak pernah menuntut apapun. Entah berapa banyak doa dan harapan baik yang ibu ucapkan untuk keselamatan dan kelancaran urusan dalam hidupku. Terimakasih mam :-*

Tak semua orang beruntung dilahirkan dari rahim seorang perempuan yang punya watak dan perilaku yang baik, yang lebih parah diluar sana banyak anak-anak yang terlahir tanpa belaian kasih sayang dan kehadiran seorang ibu. Beberapa orang lain meskipun merasakan kehadiran seorang ibu tapi kehilangan perhatiannya. Banyak dari mereka di luar sana terpaksa dibesarkan oleh keluarga besar. kakek, nenek, pakde, bude, paman, atau bibi. Mereka punya sosok seorang ibu tapi tak sepenuhnya merasakan keberadaanya 😦

Hari ini di BBM status, Instant messeger, Facebook, Twitter, jejaring sosial yang lain dan tentu saja Blog. banyak orang menulis tentang rasa sayang, ucapan terima kasih, kata-kata yang memuja sosok seorang ibu. tapi pasti di luar sana.. diantara orang-orang yang gegap gempita merayakan hari ibu, ada juga beberapa orang yang menangis merindukan kehadiran dan sosok seorang ibu….

Lin, Selamat hari ibu yaaa… dimanapun saat ini kamu berada, ketika membaca ini atau saat sedang merasa sendiri dan hampa, sempatkanlah sesekali tengok mamamu!

*****
Note : ilustrasi bukan hasil karya sendiri, tapi diambil dari sebuah Broadcast Message.

Advertisement

2 thoughts on “kisah lain dari gempita perayaan hari ibu

  1. Saya juga beruntung, Ibu saya berkarakter lemah lembut, perhatian, kasih sayang, non tempramental dan setia. Khas mbok-mbok orang ndeso. Terima kasih ya Ibu, kasihmu sepanjang jalan, sepanjang nafas yang tak berhenti….

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s