Dari dulu hingga sekarang, kebiasaan yang tak pernah saya tinggalkan ketika travelling adalah mengejar matahari terbit dan matahari terbenam. Terserah jika ada yang menganggap itu terlalu mainstream, tapi menikmati semburat cahaya langit pada pagi hari dan menyapa dunia dari belahan bumi yang berbeda memang layak untuk diperjuangkan dari rasa kantuk dan letih yang menyerang.
Pagi itu… Saya, Ceritaeka, Adrian, Sindy dan Abby, sang ketua rombongan berjalan -/+ sekitar 10 menit dari penginapan menuju ke dermaga yang sudah tak terpakai untuk bersandar kapal. Langit agak mendung, rasa cemas akan turun hujan dan matahari yang tak mau muncul menjadi perbincangan kami sepanjang perjalanan menyusuri tepi pantai yang berpasir putih. Alhamdulillah meskipun agak mendung tapi cuaca bersahabat dengan kami. kami duduk di sepanjang dermaga menunggu matahari yang malu-malu untuk menampakan diri sambil sibuk mengamati dasar laut dari balik kayu-kayu dermaga yang mulai lapuk. beberapa ikan tampak hilir mudik, beberapa karang tampak terdampar diatas dermaga, mungkin terbawa air laut pasang. Akhirnya matahari muncul, tampak redup tapi tak apa… saya pun mengabadikan moment itu dalam kamera poket Canon Ixus kesayangan saya 🙂
Setelah sibuk bercengkrama dan bernasis-ria di Dermaga, kami memutuskan untuk kembali ke penginapan, sarapan dan menyiapkan tenaga untuk bermain di pantai perak. disela sarapan saya sempet mengabadikan beberapa momen romantis ala candid nuuii 😀
Kapal yang akan membawa kami bermain di pulau Perak datang tepat waktu pada pukul 9 pagi, tak sampai 30 menit kami sudah di pulau dengan pasir putih yang tampak berkilau terkena sinar matahari. kami pun sibuk mengambil perlengkapan untuk snorkeling, karena tak jauh dari pantai ada spot yang bagus untuk snorkeling.
Setelah puas bermain air, kami berkemas kembali ke pulau Bira dan bersiap pulang ke rumah via Muara Angke, Dalam hati saya berjanji, suatu saat saya ingin kembali mengunjungi Kepulauan Seribu yang tak kalah indah dengan tempat lain di Indonesia 😉
– N –
Ada banyak foto candid gue di sini rupanyaaa 😀 hahaha
LikeLike
Pingback: Pulau Bira: Ada Keprihatinan yang Tergores di Hati | Cerita EKA
Awesome bblog you have here
LikeLike