Hari pertama di Provinsi Sumatera Barat saya lalui dengan berkeliling kota Padang, kebetulan mobil yang menjemput kami dari Bandara Minangkabau dipakai untuk satu keperluan. Berdua dengan seorang teman saya nekat untuk berkeliling kota Padang menggunakan Angkot (transpotasi publik). Kerabat teman yang menjemput kami dari bandara sempat kuatir kami tersesat, tapi karena keinginan untuk mengetahui kondisi kota Padang semakin tinggi akhirnya kami berusaha meyakinkan bahwa kami tidak akan tersesat meskipun Naik Angkot 😀
Perjalanan berkeliling kota Padang kami mulai dari Tabing menuju Pantai Muaro, Dari Pasar tabing kami naik angkot berwarna ungu menuju Pasar raya (pusat kota) dari situ kami pindah naik angkot warna Orange dan berhenti di pinggir pantai Muaro. Pantai yang letaknya seperti mengelilingi kota padang itu mempunyai panorama yang Indah. Seperti halnya kebanyan pantai yang terletak di dekat pusat kota, seperti Pantai Losari atau Ancol, kondisi pantai Muaro juga tidak terlalu bersih, jangan bayangkan akan menemui pasir putih yang berkilau diterpa cahaya matahari disana karena pasir di pantai muaro berwarna hitam pekat. tapi meskipun kondisinya tak seindah pantai-pantai yang terletak di daerah terpencil, pantai Muaro bisa diandalkan bagi warga kota Padang yang ingin menghirup segarnya udara laut dan menikmati riak ombak tanpa harus keluar kota Padang. Pantai Muaro juga mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian masyarakat kota Padang, biasanya menjelang sore banyak orang yang berjualan di dekat pantai. Gerobak dan tenda yang berjualan minuman ringan, Es Kelapa, Cemilan hingga Aneka makanan berbahan dasar seafood dengan mudah kita temui di pinggiran pantai. Berikut ini adalah gambar Pantai Muaro yang sempat saya ambil dengan menggunakan kamera poket Canon ixus105 saya :
Tak jauh dari Pantai Muaro ada gedung pusat budaya Sumatera Barat yang nampangnya sudah tidak dipergunakan lagi, kondisi bangunan agak menyedihkan. sedikit ada tanda tanya dalam hati, bagaimana caranya agar pemerintah kota Padang mau melirik kembali keberadaan bangunan pusat budaya tersebut, dijadikan museum atau tempat dimana generasi muda Sumatera Barat bisa mengenal lebih dekat dengan budayanya. tapi sudahlah apa-apaan sih nui harus mikir njelimet, Ayooo lanjut bersenang-senang 😀
Setelah menikmati semilir angin dan berkeliling di pantai Muaro, kami memutuskan untuk mencari makan siang dan pergi ke ATM, sempat melewati pusat oleh-oleh Christine hakim, tapi karena kami hendak mencari makan siang dan mencari atm, akhirnya kami menuju Mall Grand Basko. dari tepi pantai muaro kami naik angkot Orange dan berhenti persis di depan Mall Grand Basko. Sebagai Orang yang bekerja dalam dunia retail, rasanya kurang afdol kalau belum mampir dan melihat kondisi mall di kota yang saya datangi :p
Mall Grand Basko merupakan mall terbesar di kota Padang, Segmen pasarnyapun membidik kalangan menengah ke atas. di Mall ini sudah masuk banyak Internasional Brand, kondisi Mall nya pun sudah cukup modern dan seperti mal di Jakarta. Bagi yang suka pergi ke Mall, jangan takut mati gaya karena di Padang ada mall yang keren kok 🙂
Oiya sebagai tambahan dibawah ini adalah rute angkot di kota padang yang saya kutip dari sini, semoga berguna bagi anda yang ingin berkeliling di kota Padang dengan menggunakan transpotasi publik :
Nomor Mikrolet | Warna | Rute (Ke/Dari) |
1 | Oranye | Pasar Raya – Jl. Bd. Kanduang – Samudera – Veteran – Hamka – Adinegoro – Lubuk Buaya |
2 | Putih | Pasar Raya – Terminal Tabing |
3 | Kuning | Basko – Belimbing |
4 | Hijau | Pasar Raya – Jl. Bd. Kanduang – Samudera – Veteran – Hamka – Labor Cenderawasih |
5 | Ungu | Terminal Air Pecah ke Pasar Raya (pusat kota – Thamrin – Sp. Haru – Lubeg – Bypass – TRB) |
6 | Biru Muda | Pasar Raya – Pangambian |
7 | Biru Tua | Pasar Raya – Teluk Bayur |
8 | Merah | Indarong – Pasar Raya |
Selesai sudah City Tour dengan menggunakan transpotasi publik (angkot) di Kota Padang, Sekitar jam 2 siang kami memutuskan pergi ke Bukittinggi dengan menggunakan Travel yang kami temui tak jauh dari Mall Grand Basko. kami tak ingin membuang waktu menunggu mobil kerabat yang rencananya akan mengantar kami ke Bukittinggi karena ternyata mobil tersebut masih digunakan untuk satu kebutuhan. Cerita tentang perjalanan dan petualangan di Bukittinggi saya ceritakan di postingan selanjutnya ya 🙂
-N-